Minggu, 25 Juli 2010

Metro sebagai kota Pendidikan, Mungkinkah?



Kalo ditanya mungkin, sih mungkin-mungkin aja. Tapi bagaimana kota terpenting kedua setelah Bandar Lampung di bumi sang bumi ruwa jurai ini menata diri?

Analisis letak geografis

Kota metro terletak jauh dari ibukota provinsi, sekitar 45 km dan memerlukan waktu kurang lebih 1 jam jika naik kendaraan bermotor. Metro bukanlah jalur utama transportasi seperti layaknya Gunungsugih atau Natar. Kota ini jauh masuk dari Tegineneng dan hanya menjadi penghubung ke Sukadana, Lampung Timur.
Nah, sejak lintas timur Sumatra resmi dibuka, maka akses ke Lampung Timur pun sudah gak lewat Metro lagi, tapi langsung dari pelabuhan Bakauheni.

Dengan kondisi demikian, apa dampaknya? Jadinya gak rame, enak buat belajar. Enak buat hidup di hari tua. Gitu sih kata orang Metro. Secara geografis juga, letaknya benar-benar di tengah, ”dikepung” oleh Kabupaten Lampung Timur dan Lampung Tengah. Alhasil, banyak penduduk sekitar Metro yang notabene secara administratif tinggal di Lampung Tengah atau Lampung Timur, malah menjadikan Metro sebagai tempat dengan fasilitas yang modern, untuk sekolah, atau mencari nafkah.
Ambil contoh, kecamatan Pekalongan yang secara administratif masuk ke Kabupaten Lampung Timur. Tapi letaknya nempel Metro. Lha, ngapain saya harus ke Sukadana kalo di Metro sekolahnya lebih bagus. Terus jika dibandingkan dengan Sukadana, ya jauh lebih maju lah. Dulu kota ini pernah menjadi ibukota Lampung Tengah, hingga akhirnya dimekarkan menjadi Kota Madya setingkat kabupaten.



Analisis Tata Kota
Metro bukanlah kota yang ramai. Penduduknya saja hanya 52,000an jiwa denga luas 6,2 ha. Terbagi menjadi 5 kecamatan dengan luas kecamatan yang kecil-kecil. Jika Anda berjalan-jalan menyusuri kota ini, gak nyampek 3 jam Anda sudah bisa menjamah ke-5 kecamatan tersebut. Jalanan sepi, lampu merah mana ada yang rame. Paling antre 10 meteran, udah ijo lagi. Kompleks sekolah terpadat di sekitaran 15A, kompleks KAMPUS gitu kata orang sono. Di jalan Kampus ini ada Universitas Muhammadiyah Metro, juga ada STAIN Jurai Siwo, dan sekolah tinggi lainnya. Dikompleks itu juga berdiri SMP 2 Metro, SMP 4, MAN 2, SMA Ganesa, dan sekolah swasta lainnya. Pokoknya kalo jam pulang sekolah, nih jalan rame banget dengan siswa/mahasiswa.
Kalo menurutku, tempat nyaman buat belajar ya di Selikor (21). Jalannya lurus, banyak pohon-pohon. Asri gitu. Terus naik angkot Pekalongan yang bagus-bagus dan anak muda banget.
Di jalan utama ini, AH Nasution tepatnya berjejer rumah-rumah elite, tempat praktek dokter, apotek, SMA N 1 Metro, yang kata orang The Best Senior High School di sana, Yayasan Yos Sudaso (SMA/SMP), dan SMA Teladan (jangan banyangin SMA 1 Jogja yang biasa di sebut SMA teladan juga, kalo Teladannya di Metro ya gitu deh…..)
Untuk SMP 1, SMP 3, SD Teladan (nah ini teladan beneran) terletak di pusat kota. Kalo denger pusat kota, bayangin aja disini pusatnya pemerintahan, sebelahnya ada pasar induk, Supermarket, lapangan Samber, Taman Merdeka, Masjid Taqwa, dan BUNDERAN. Tapi denger-denger SMP 1 mau dipindah ke arah deketnya kantor Pajak arah 16C sana, katanya sih sekolahnya udah sempit, perlu perluasan. Juga biar kondusif gitu.
Tapi ada masalah, banyakan sekolah-sekolah yang bagus itu gak merata tempatnya. Semua terpusat di pusat kota. Kayak SMA 2 misalnya, letaknya masuk banget dari jalan raya, SMA 4 apalgi nun jaug di 24 Tejosari sana. Jadi ya terjadi ketimpangan gitu antarsekolah negeri. Oya, informasi aja, di sana sekolah yang bagus ya yang negeri-negeri aja. Yang swasta belum banyak yang unjuk gigi. Kalo ada pun yang lumayan bagus, tapi mahal. Kataku sih sekolah swasta si sana inputnya kurang bagus aja kali ya, makanya agak kurang bisa bersaing dengan negeri.



Analisis PEMDA-nya.
Bagus sih, ada estafet kepemimpinan dari Mozes ke Lukman (wali kota sekarang). Jadi visi menjadi Kota pendidikan digarap secara serius dan bukan sekedar slogan semata. Sekita bulan Juli kemaren, walikota dan jajarannya mengadakan MOU dengan UGM untuk berpartisipisi menuju Metro sebagai kota pendidikan. Tujuannya sepertinya dikirimnya putra terbaik kota untuk disekolahkan di kampus Bulaksumur ini.
Terus, tipe kepemimpinan pak Lukman ini Pendidikan oriented bgt-lah. Mungkin termotivasi oleh perjuangan beliau dulu ketika menuntut ilmu di UGM, makanya anak-anaknya dimotivasi untuk maju dan menggapai pendidikan yang terbaik. Beliau juga serius menggarap KOMPEL KOMET (Komunitas Mahasiswa Pelajar Kota Metro), organisasinya anak-anak asal Metro yang lagi kuliah di Jogja. Buktinya beliau antusias sekali dengan komunitas ini, disambutnya langsung ketika mudik bareng, terus melantik langsung para pengurusnya di Jogja, dan open hand lainnya.
Mungkin dengan Kompel komet ini sebagai wahana yang mendukung untuk mencapai visi kota.

Analisis tempat maen di Metro
Jangan bayangin di sana ada Amplaz, Gramedia, pasar shoping, taman budaya, JOGJA mediatrobik, pizza hut apa lagi McD. Gak ada, paling cuma Chandra supermarket yang sekarang makin lebar aja. Ada bioskop sih di Chandra tapi filmnya jadul-jadul dan gak update kayak di twenty one. Kalo minimarket sebangsa Indomaret ma Alfamaret sih banyak. Paling tempat yang lumayan keren dan baru kayak Bakery Holland, cafe bestrik, dan stik-stikan apa itu di kampus yang dagingnya kecilnya minta ampun (belum ada sekuku irengnya WS).
Terus kalo mau beli buku di mana donk? Yang terkenal paling Achyar, tapi itu juga kecil bener. Model lawas kayak blok-blok di kompleks pasar. Jadi inget, duluu mau nyari buku SPMB aja harus dibela-belain ke Karang nyari di Gramedia. Dulu sempet ada sih Gramed di 16 C, tapi gramed-gramed-an, abis itu gak ada kabarnya lagi.
Kalo ada konser musik atau sekedar beli nasi goreng di sekitar sumur bandung, pasti ketemu teman-teman sekolahnya. Lha wong kecil bener kotanya, di mana-mana tempat ngumpulnya ya sama. Di taman, Samber atau di 16 C. Uh, parah..parah..

Analisis warnet, pa game center ya?
Aku kaget pas pulang lebaran kemaren, kok warnetnya jadi banyak gini. Dulu padahal Cuma 1 di creative ma kantor pos sempat buka. Tapi sekarang banyaknya minta ampun. Ada sih yang cepet, tapi banyak juga yang lemot. Terus ada hot-spot juga di beberapa sekolah kayak di SMA 2 misalnya. Tapi, gak ketinggalan juga game center-nya. Banyak juga. Malah kalo ada warnet yang sekaligus bisa game on;ine pasti ramean game-nya. Isinya sih anak-anak SMA, SD, ma SMA. Nah, katanya mau jadi kota pendidikan, kok pada nge-game semua ini pak. Mana tau sendiri, kalo udah nge-game bisa bikin kecanduan, lupa makan, aplagi inget belajar. Uh, jauh….

Mungkin ada baiknya ada kebijakan tentang game online, jangan sampe pada keblinger di sana. Jadi kesimpulannya, sampai saat ini Metro masih menjadi acuan pilihan buat tempat sekolah, kalo buat kuliah masih jauhlah. Terus, yang dateng ke kota ini hampir semua dri kabupaten sih. Kebanyakn sih dari Lampung tengah dan Lampung Timur. Ada juga ding yang dari TuBa dan way kanan. Abis orang tua lebih percaya dan aman menitipkan anaknya di Metro yang gak ada apa-apa, jadi gak bisa neko-neko. Beda ma Bandar Lampung yang udah kayak Jakarta aja disana.
Oke, kalo ada yang berminat meyekolahkan saudara, sepupu, anak, cucu, Metro merupakan pilihan yang tepat. Tenang, teratur, banyak orang Jawanya, bersihnya minta ampun, gak ada mall, dan jangan nyari 21 di sana..


Sumber :
http://moko31.wordpress.com/2009/01/09/258/
9 Januari 2009


Sumber Gambar:
http://html1155.files.wordpress.com/2009/06/welcome-metro.jpg
http://moko31.wordpress.com/2009/01/09/258/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar